Sistem Presensi Online: Dulu, Kini, dan Nanti

magang.ekspresionline.com—Pembaruan sistem presensi online diterapkan mulai tahun ajaran 2023/2024, setelah sebelumnya diberlakukan pada tahun 2015. Bedanya, sistem presensi online bagi mahasiswa yang diberlakukan tahun ajaran 2023/2024 ini menggunakan token yang berlaku 15 menit setelah token tersebut dibuat. Muncul pro dan kontra terhadap sistem yang diterapkan selama berjalan kurang lebih satu semester ini. Mulai dari keefektifan yang dipertanyakan, hingga teknis penerapan sistem itu sendiri.

 

Pembaruan dari Sistem Tahun 2015

Mengenai pembaruan sistem presensi kuliah bagi mahasiswa secara online yang kembali diberlakukan, Restu Widiatmono, Kepala UPT (Unit pelaksana Teknik) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi UNY, mengatakan bahwa sistem yang lama, yakni sistem 2015 tidak terintegrasi dengan SIAKAD, sehingga secara sistem dan keamanan perlu diberbarui. Presensi online menggunakan Siakad (Sistem Informasi Akademik) berusaha menggabungkan beberapa sistem yang dulunya dijalankan sendiri-sendiri.

 

Alasan Diberlakukannya Presensi Menggunakan Token Bagi Mahasiswa 

Sistem presensi online yang diterapkan di tahun ajaran ini menggunakan token, berbeda dengan sistem tahun 2015 yang menggunakan scanner. Restu kembali menyatakan bahwa sistem presensi menggunakan token ini mengalami perdebatan sebelumnya dengan pihak akademik dan kemahasiswaan.

“Token, itu kemarin perdebatan juga. Mau pakai token atau QR Code. Tapi kemarin kalau mau QR Code mahasiswa memakai dua device. Ada laptop buat lihat Siakad-nya, dan harus pakai hp untuk presensinya misalnya. Atau maaf, dua device dalam artian juga untuk kuliah, ya kan kalo Zoom gitu kan, kemudian pakai hp buat presensinya. Kemudian kalo dia kuliahnya pake hp gimana? Hanya satu. Jadi kemarin, ada hal seperti itu. Ini masih awal, kita pakai yang token. Ya supaya mahasiswa tidak terbebani dengan device yang banyak.”

Alur Pelaksanaan Presensi Online Bagi Mahasiswa

Alur presensi menggunakan token dimulai dengan dosen membuat token melalui laman siakad.uny.ac.id. Setelah itu, mahasiswa membuka laman siakad dan log in menggunakan akun SSO dan bagian kiri halaman akan menampilkan beberapa menu, termasuk menu presensi mahasiswa. Di dalam menu tersebut, setelah dosen membukakan presensi bagi mahasiswa, akan muncul kolom mata kuliah yang sedang berlangsung. Token dimasukkan di kolom yang tersedia hingga halaman berubah menjadi hijau menandakan presensi berhasil.

 

Pro dan Kontra Pelaksanaan Sistem

Sejalan dengan kemajuan akses internet, sistem presensi online membawa lebih banyak kemudahan bagi mahasiswa maupun dosen dalam melakukan konfirmasi kehadiran selama mata kuliah berlangsung. Sistem presensi online tentu memakan waktu lebih sedikit jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya yang menggunakan sistem manual atau tanda tangan.

Salah satu mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Pendidikan dan Psikologi UNY angkatan 2022, Anggi, mengungkapkan keberpihakannya pada sistem ini dilihat dari kejelasan catatan kehadiran mengikuti perkuliahan. Ia membandingkan sistem presensi online ini dengan sistem yang sebelumnya yakni manual atau menggunakan tanda tangan.

“Saya setuju, karena dengan pemberlakuan sistem presensi online ini catatan atau bukti kehadirannya jelas. Semisal masih di perjalanan, kita dapat melakukan (presensi). Kalau yang manual kan kadang tergantung dosennya dan kita tidak ada bukti kehadiran. Selain itu, harus dilakukan di tempat.” 

 Pada prakteknya, masih ditemukan kendala sekaligus keresahan dari mahasiswa maupun dosen terhadap pemberlakuan sistem ini. Beberapa dosen, pada awal perkuliahan sempat kesulitan menjalankan sistem presensi online, yakni membuka token dan kasus kesalahan sistem kolom presensi merangkap. Restu selaku kepala pusat TIK juga mengaku bahwa ia kerap menerima aduan dari dosen perihal kasus presensi merangkap. 

Di lain sisi, beberapa mahasiswa mengungkapkan keluhannya terhadap sistem presensi online yang sudah berjalan satu semester ini.

“Untuk presensi online, aku nggak setuju ya. Kenapa? Karena memudahkan bagi mahasiswa untuk tidak hadir gitu. Dan sistem ini pun merepotkan, menurutku ya. Kenapa nggak dosen menginput sendiri-sendiri begitu untuk presensinya. Dengan sistem ini, mahasiswa bisa diakalin. Dengan satu dua orang bergiliran misalnya nggak masuk, kemudian satu orang stand by mengirimkan token. Dan menurutku untuk capaian misi pendidikan itu nggak tercapai,” ungkap Wisnu, mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah angkatan 2021. 

Keresahan yang serupa diungkap oleh Anggi. Di luar pandangannya terhadap kejelasan pencatatan kehadiran, ia tetap merasa bahwa sistem ini memiliki celah untuk dicurangi.

“Nah, ini mungkin dari sisi negatifnya. Dia nggak masuk kelas atau kuliah, tapi dikirimin token dimana dosennya nggak terlalu memperhatikan jumlah mahasiswa yang hadir di kelas.”

Selain permasalahan sistem yang memiliki celah untuk dicurangi, masalah lain yang muncul adalah perihal token presensi yang hanya 15 menit. Wisnu kembali mengungkapkan bahwa sistem ini tidak ideal dan merepotkan karena terdapat beberapa mata kuliah penelitian sehingga tidak bisa berjaga menunggu presensi sehingga harus mengirim pesan ke dosen untuk mencatat kehadiran. Kendala lain yang ia rasakan bersama rekannya adalah server tiba-tiba terputus , atau jaringan buruk sehingga waktu presensi sudah habis.

Lebih lanjut lagi, baik Anggi maupun Wisnu merasa bahwa sistem presensi online ini kurang efektif dan tidak mencapai tujuan memperbaiki sistem yang sebelumnya. Salah satu tujuannya adalah mempersempit ruang bagi mahasiswa untuk berlaku curang. Wisnu berharap akan evaluasi terhadap sistem ini kedepannya.

 

Rencana Evaluasi

Menyadari berbagai permasalahan yang muncul hingga aduan yang masuk ke UPT TIK, Restu mengatakan bahwa evaluasi terhadap sistem yang berjalan saat ini adalah hal yang pasti.

“Nah, jadi pasti habis ini ada evaluasi. Ini yang perlu diketahui, di semua fakultas, awal sama akhir semester itu ada rapat dewan dosen, rapat dosen, rapat tingkat fakultas, rapat akhir semester itu pasti. Evaluasi hasil pembelajaran semester ini, termasuk presensi kuliah pasti diutarakan. Hasil dari itu disampaikan wakil dekan bidang akademik, ke Pak WR (wakil rektor). Nanti, rapat koordinasi akademik kami diundang dan disampaikan bahwa hasilnya seperti ini, maka yang besok begini. Prosedurnya memang begitu. Jadi memang ada evaluasi secara umum. Karena ini adalah komponen dari penyelenggaraan akademik” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa ke depannya, sistem yang masih berjalan masing-masing seperti Siakad, Presma, dan lainnya akan diintegrasikan menjadi dalam satu database.

“Ada beberapa pertimbangan itu diluncurkan. Supaya nanti kita bisa pindah ke sistem yang fully-integrated, karena ke depannya semua tidak akan membuka banyak sistem. Besok kita semuanya hanya akan mengakses di Unity. Unity sekarang sedang di-develop dimana Unity adalah portal terintegrasi. Jadi mahasiswa besok hanya buka Unity, kalau sekarang dicari belum ada. Sudah jadi, tapi masih develop, masih dicoba dulu.”

 

 

Lisa Rizkiana

Editor: Vicky Sa’adah


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *