Inovasi Pendidikan: UNY Resmikan Laboratorium Kedokteran di Balik Dinding Perpustakaan

magang.ekspresionline.com-Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) akan membuka Fakultas Kedokteran pada tahun ajaran 2024/2025. Dilansir dari Krjogja.com, saat ini UNY sedang proses persiapan menuju dibukanya Fakultas Kedokteran dan sudah membuat Surat Keputusan (SK) tentang rencana pengusulan pembukaan fakultas tersebut.

UNY memperluas cakupan fasilitas akademisnya dengan menggunakan sebagian gedung bagian selatan perpustakaan menjadi sebuah Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran yang akan menjadi pusat inovasi dan pengembangan terutama di bidang kedokteran.

Sebelumnya, UNY telah memiliki 7 fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP), Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik (FISIPHOL), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

 

Awal mula sebelum menjadi gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Awalnya, gedung yang terletak di bagian selatan perpustakaan direncanakan untuk digunakan sebagai gedung LPM dan DPM guna memperluasan beberapa fakultas, sebelum akhirnya dijadikan sebagai Laboratorium Fakultas Kedokteran.

“Maka Lembaga Pengabdian Masyarakat, maaf aku lupa nama-namanya. Nah, pengabdian masyarakat sama penjaminan mutu itu pindah ke sana (gedung Pascasarjana). Pindah ke sana katanya kurang. Maka, mana lagi ya tempatnya. Kita musyawarah (diskusi) mana, ya, kira-kira gedung yang masih bisa ditempati. Kemudian survei datang ke perpustakaan. Lalu, pihak Pustakawan bilang dan saya pun juga bilang dengan Wakil Rektor, ‘Pak, kalau mau pake itu gedung bagian selatan perpustakaan bisa dipake. Karena itu kalau dibersihkan lumayan pak untuk kantor bisa.’ Kemudian kita bersihkan bagian selatan, lalu kemudian rencananya mau dipake untuk Lembaga Pengabdian Masyarakat sama penjaminan mutu itu,” ungkap Wahyudiati, selaku Sekretaris Perpustakaan UNY.

Namun, Wahyudiati menjelaskan bahwa pihak LPM dan DPM justru belum sepenuhnya siap untuk berpindah dari gedung lamanya, sehingga rencana ini dibatalkan dan diserahkan kepada Fakultas Kedokteran.

“Ternyata penjaminan mutu sama LPM itu masih belum persiapan (prepare) pindahan dari gedung lama itu belum tuntas. Sehingga, sudah kalau begitu Fakultas Kedokteran saja yang di sini. Ceritanya begitu. Nah, kemudian jadilah Fakultas Kedokteran (Lab. Terpadu Fakultas Kedokteran),” jelas Wahyudiati.

 

Gedung bagian selatan dulunya gudang yang tidak terpakai

Berbagai macam dokumen yang tersedia pada bagian selatan, di antaranya sudah beralih menjadi elektronik seiring dengan perkembangan zaman yang terletak di Digital Library (Digilib). Hal ini guna memudahkan mahasiswa dalam mengakses dokumen. Di lain sisi, hal ini menimbulkan banyaknya ruang kosong yang tidak digunakan yang akhirnya hanya menjadi gudang.

Bangunan ini terdiri dari tiga lantai, dan setiap lantainya memiliki jenis-jenis dokumen serta fungsinya yang bervariasi. Wahyudiati mengungkapkan bahwa lantai tiga berisi ruang disertasi, tesis, dan skripsi. Ia lalu menggambarkan denah perpustakaan seraya menjelaskan setiap bagiannya.

“Nah, lantai tiga dulu kok berani menyerahkan. Ini (lantai tiga) adalah ruang disertasi, tesis, skripsi. Dulu mahasiswa UNY ketika mau lulus itu harus menyerahkan disertasi, tesis, skripsinya dalam bentuk tercetak. Nah, mulai tahun 2012 sudah dalam bentuk CD kemudian sampai sekarang softfile, sehingga ruang ini kosong hanya sebagai gudang,” jelasnya.

Lanjut di lantai dua, berisi ruang terbitan berkala yang sekarang sepenuhnya sudah beralih menjadi elektronik.

“Lantai dua ruang ini adalah ruang terbitan berkala, itu berisi jurnal, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Surat kabar, majalah, dan sebagainya sekarang sudah banyak dalam bentuk elektronik, ya. Sudah masuk pengelolaannya kepada Digital Library. Nah, beberapa jurnal tercetak dan sebagainya sekarang pindah ke lantai satu, di lantai satu BI Corner itu ,ya , sebelah sini, selatan tangga,” ucap Wahyudiati.

Kemudian pada lantai satu, ia menjelaskan bahwa ruangan tersebut adalah gudang yang tidak pernah dibuka selama dua puluh tahun lamanya.

“Nah, lantai bawah ini dulu berisi gudang. Gudang ini dua puluh tahun aja ga dibuka, maka kemarin ketika kami beres-beres ini (gudang) dibuka, dibongkar. Lalu, di sini juga ada gudang, di sini juga ada ruang besar, ini dulu adalah ruang pengolahan perpustakaan. Karena ruang pengolahan perpustakaan sekarang buku-bukunya juga sudah tidak terlalu sebanyak dulu, ruang pengolahan pindah ke ruang kecil yang di utaranya. Ruang ini jadi gudang lagi. Nah, intinya yang di lantai satu ini kebanyakan gudang. Dengan fungsi yang seperti ini, sehingga kami berani menyerahkan fungsi gedung ini ke pihak lain di UNY, begitu,” lanjutnya.

 

Penawaran ruang yang sudah terencana

Bagian ruang perpustakaan yang sudah tidak dipakai untuk layanan ini ternyata sudah ditawarkan dari tahun lalu dan sudah terencana dengan matang.

“Tahun kemarin, jadi tahun-tahun lalu itu sudah ada survei. Jadi, mungkin sudah ada dari kebijakan bahwa ada ruang yang bisa dipakai, enggak? Seperti itu. Kami malah berpikir begini, kemarin ketika ada yang bertanya, ‘Perpustakaan ini dipake cuma lantai satu,’ gitu kan. Malah kami menawarkan, ‘Mbok sudah, Pak, dari lantai satu sampai lantai tiga,’ malah kami begitu. Karena memang ruang ini sudah tidak dipakai layanan, dengan riwayat seperti itu tadi sudah tidak dipakai layanan,” imbuh Wahyudianti.

Selain itu, Wahyudiati dengan tegas menyampaikan bahwa tidak terdapat dampak yang terjadi pada fungsi dan operasional perpustakaan setelah sebagian gedungnya dialihfungsikan menjadi laboratorium. Pernyataan ini menunjukkan bahwa transisi penggunaan ruang tersebut telah dipertimbangkan dengan matang, sehingga aktivitas perpustakaan tetap berjalan lancar tanpa gangguan. 

“Kalau dampaknya kepada kami, layanan perpustakaan tidak ada. Karena tiga lantai ini, ini pintunya sendiri. Lah, di sini itu (bagian selatan) dah punya pintu sendiri dia. Sudah punya pintu utama sendiri, mobilitas sendiri, sehingga tidak mengganggu kami, begitu. Kalau proses negosiasi itu, kebijakan kemudian sampai menentukan ini prosesnya lama, ya, Dik, ya. Jadi aku tidak bisa menjawab tuntas itu tadi, karena itu proses negosiasi lama dan alot. Sehingga, Pak Wakil Rektor, Pak Rektor, semuanya tu diskusi dengan Kepala Perpus kami dan mungkin dengan yang lain-lain gimana-gimana. Nah, akhirnya dipake itu. Kami kerja bakti untuk mengosongkan ruang itu dua Minggu lebih. Memang ini gudang,” lanjutnya.

 

Layanan aksesibilitas yang terjaga

Kenyamanan dalam layanan perpustakaan ini juga yang menjadi sorotan dan perhatian seperti yang disampaikan Wahyudiati.

“Kami Pustakawan tetap berusaha menomorsatukan layanan untuk Pemustaka, sehingga aktivitas penggunaan sebelah selatan untuk Fakultas Kedokteran tidak mengganggu layanan yang ada, gitu. Kami akan ada di garda terdepan kalau layanan kami terganggu. Dan beberapa kali kami sudah warning tentang itu. Ini adalah layanan kami, tidak bisa diganggu gugat,” tegas Wahyudiati.

 

Posisi netral perpustakaan terhadap keselamatan laboratorium

Terkait beberapa persyaratan dan standar ketentuan dalam membangun sebuah laboratorium yang aman dan nyaman, dari pihak perpustakaan tidak ikut campur dan menanggapi terhadap hal tersebut, karena bukan tanggung jawab dari mereka lagi.

“Kami berpikir tidak sampai sejauh itu, kami hanya diminta untuk ‘apakah boleh ruang itu digunakan untuk Fakultas Kedokteran.’ Kami cuma sampai di situ, perkara standar laboratorium itu sesuai Fakultas Kedokteran bagaimana, itu terserah FK,” ungkap Wahyudiati.

Laboratorium terpadu yang berada di selatan perpustakaan ini sudah dirancang menjadi laboratorium yang aman, dan bukan menjadi laboratorium yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya, terutama perpustakaan.

“Kemarin kami sudah rapat dengan FK, mereka bilang bahwa lab yang ada di sini ini (bagian selatan) sudah didesain untuk laboratorium-laboratorium yang memungkinkan ada di sini. Jadi bukan lab-lab yang serem, seperti kadaver (mayat) itu bukan di sini tempatnya. Jadi ini, kalo ga salah itu lab untuk aku kurang paham, ya, intinya untuk tes wawancara kaya gitulah. Mungkin dokter kalo latihan praktek kayaknya gitu, jadi mungkin tidak menempatkan alat-alat yang mungkin reaksi kimia atau bagaimana mungkin bukan itu, aku kurang paham,” jelasnya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa laboratorium tersebut telah dirancang khusus sebagai ruang praktik yang aman dan tidak dimaksudkan untuk ruangan yang melibatkan zat atau bahan berbahaya lainnya yang dapat menimbulkan reaksi kimia.

Ia juga mengungkapkan bahwa hal tersebut sudah merupakan tugas dari pihak Fakultas Kedokteran, sedangkan dari pihak perpustakaan hanya menyediakan ruangannya saja.

“Tetapi, kami sudah menyerahkan itu ke Fakultas Kedokteran. Itu ranahnya mereka untuk menentukan lab-lab itu untuk apa, kami hanya menyediakan tempat. Kami saat itu hanya mengosongkan ruang, kami memilih barang-barang kami yang masih usefull, dan kalo tidak usefull kami letakkan di mana gitu. Kami hanya mengosongkan ruang, selanjutnya terserah pengguna berikutnya, begitu,” tegasnya.

 

Namira Khoirun Nisa

Reporter: Namira Khoirun Nisa, Rosmitha Juanitasari, Hasanuddin

Editor: Danang Nugroho


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *