magang.ekspresionline.com–Bunuh diri merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilanglan nyawa, dan biasanya dikaitkan erat dengan kesehatan mental. Saat ini bunuh diri tidak hanya menghantui usia dewasa, namun remaja umur belasan hingga lansia pun bisa terkena. Apalagi di era digital ini kabar mengenai kasus bunuh diri bisa diakses dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Semakin maraknya kabar bunuh diri yang dimuat oleh media justru membuat bunuh diri menjadi tren, hingga banyak yang mencoba melakukan tindakan self harm.
Faktor pemicu
Faktor yang melatarbelakangi kasus bunuh diri bisa berbeda pada setiap individu. Namun umumnya lingkungan sangat berperan penting, seperti hubungan dengan orang terdekat. Salahnya penanganan karena tidak berani memeriksakan diri ke ahli profesional hingga adanya penyangkalan terhadap kondisi mental yang sudah mengkhawatirkan juga bisa menjadi salah satu faktor pemicu. Rata-rata individu yang ingin melakukan tindakan bunuh diri sebenarnya tidak ingin mati, cenderung hanya ingin keluar dari permasalahannya yang sudah tidak bisa lagi dihadapi dengan pemikiran logis, serta individu sudah merasa tidak memiliki alasan dan semangat untuk tetap melanjutkan hidup. Biasanya individu dengan keinginan untuk bunuh diri cenderung merasa terasingkan dan terbuang, seolah tidak ada lagi yang peduli.
Artinya yang dibutuhkan adalah support system dari lingkungannya. Jadi apa yang bisa kita lakukan sebagai upacaya pencegahan terhadap maraknya kasus bunuh diri? Tentu banyak hal yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah mencoba peka terhadap orang-orang disekitar kita, karena tidak selamanya individu yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri adalah seseorang yang pemurung dan menarik diri dari lingkungan sosial, individu dengan kepribadian ceria dan aktif di lingkungan sosial pun bisa saja memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Apabila sudah memiliki prilaku seperti sering mengungkapkan keinginan untuk mati, munculnya tindakan menyakiti diri sendiri secara fisik, hingga mulai menyimpan bahan kimia serta obat-obatan yang sebenarnya tidak diperlukan dan dalam jumlah banyak, maka pengawasan dari orang terdekat sangat diperlukan. Selanjutnya adalah mencoba menjadi pendengar yang baik, yang tidak menyudutkan dan mampu memberikan respon positif.
Respon pendengar
Sebagai respon saat telah menemukan seseorang yang bisa mendengarkan, biasanya individu yang memiliki keinginan untuk bunuh diri akan bercerita, dan mengeluh tentang permasalahan yang ia alami, misalnya karena sudah lelah menghadapi masalah yang tidak kunjung selesai, adanya tekanan berlebihan dari lingkungan sekitar, hingga ungkapan bahwa ingin mati saja mengakhiri semuanya.
Tentunya hal itu jika didengar terus menerus akan membuat si pendengar ikut merasakan apa yang individu dengan keinginan bunuh diri rasakan, misalnya kesedihan dan rasa cemas yang berlebihan. Sebab tidak semua orang tahan jika melihat orang lain menderita. Biasanya jika seseorang terlalu sering mendengar keluhan serta cerita sedih dari orang lain maka mentalnya juga akan ikut terguncang karena terlalu sering menyerap energi negatif. Pendengar curhatan individu yang ingin bunuh diri biasanya akan memutar otak untuk memberikan solusi terbaik yang tidak menyinggung, dan berupaya memberikan respon yang tidak menyudutkan. Hal itu jika dilakukan secara berlebihan tentu dapat menekan diri sendiri, karena terlalu fokus memikirkan permasalahan orang lain bisa saja mengabaikan permasalahan diri sendiri.
Apakah ada dampak jika terlalu sering mendengar curhatan tentang keinginan untuk bunuh diri?
Masyarakat biasanya hanya fokus pada individu yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Hingga pada saat terjadi kasus bunuh diri, hal yang pertama dipertanyakan adalah peran lingkungan sekitar, lalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang biasanya menyudutkan orang-orang disekitar korban karena dirasa tidak memberikan dukungan hingga menyebabkan terjadinya kasus bunuh diri tersebut.
Munculnya stigma negatif itulah yang memungkinkan orang-orang disekitar akan ikut mempertanyakan dirinya sendiri. Mempertanyakan apakah respon yang ia ambil dalam hal mendengarkan curhatan korban bunuh diri itu tidaklah menyakiti, dan mempertanyakan apakah saran yang ia berikan benar. Belum selesai kesedihannya karena mendengar kabar duka, dan ditinggal pergi untuk selama-lamanya, si pendengar juga harus menerima tudingan tajam dari masyarakat. Hal itu tentu bisa saja membuat kondisi mental seseorang memburuk.
Lalu apakah kondisi pendengar juga harus diperhatikan?
Memperhatikan kondisi mental pendengar curhatan ataupun orang-orang disekitar korban bunuh diri justru sangatlah penting. Tidak hanya menuding, dan mempertanyakan peran mereka saja. Namun perlu dilakukan pendampingan bersama ahli untuk meminimalisir memburuknya kondisi mental mereka. Apalagi jika mereka mulanya menjadi tempat curhatan korban bunuh diri, maka kesehatan mental mereka juga patut diawasi. Karena berarti sejak awal mereka sudah membersamai korban, sampai mendengar bahwa korban lebih memilih mengakhiri hidup. Hal itu tidaklah mudah diterima. Sudah seharusnya masyarakat lebih peka, dan tidak menjadikannya tempat untuk saling menyalahkan satu sama lain.
Penulis : Antasya Mahaditya Islami
Editor : Rubiyantiningsih