Magang.ekspresionline.com–Setiap perguruan tinggi melakukan evaluasi tenaga pendidik dan dilakukan pada setiap pergantian semester. Konsep evaluasinya dilakukan secara berbeda-beda menurut kebijakan masing-masing perguruan tinggi. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia juga menerapkan Evaluasi Tenaga Pendidik. Setiap pergantian semester, baik di awal maupun di akhir semester, mahasiswa UNY selalu diminta untuk mengisi Emonev. Menurut beberapa sumber, Emonev merupakan website yang berisikan kumpulan pertanyaan dan ditujukan untuk kebutuhan evaluasi dosen oleh mahasiswa. Dalam website tersebut juga disediakan kolom kritik dan saran bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan kritik dan sarannya kepada dosen tertentu.
Menurut pengelola Emonev, semestinya ada sosialisasi kepada mahasiswa terkait pengisian Emonev yang dilakukan oleh bagian kemahasiswaan. Namun, kenyataannya para mahasiswa dari berbagai fakultas mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan sosialisasi tersebut. Akan tetapi, setiap periode pengisian Emonev, pihak fakultas, khususnya Kepala Program Studi (kaprodi) atau koor prodi, hanya memberikan imbauan saja. Imbauan tersebut ditujukan untuk mahasiswa agar mengisi Emonev sebagai syarat dapat mengakses nilai di laman Siakad.
Meskipun demikian, banyak mahasiswa yang mempertanyakan kejelasan dari tujuan Emonev ini. Umumnya berasal dari mahasiswa baru UNY. Salah seorang mahasiswa baru dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, misalnya, mengungkapkan bahwa dirinya cukup kesulitan untuk mendapatkan informasi lebih terkait Emonev. Alhasil mahasiswa tersebut mencari informasi kepada kakak tingkat yang notabenenya juga kurang mengerti (juga kurang mendapat informasi) mengenai informasi tersebut. Di sisi lain, pihak prodi pun hanya meminta mahasiswa untuk mengisi Emonev dengan alasan agar mahasiswa dapat memiliki akses untuk melihat nilai di laman Siakad. Hal tersebut, yaitu diisi atau tidaknya Emonev oleh mahasiswa yang menjadi syarat agar mahasiswa memiliki akses nilai di Siakad menimbulkan keanehan. Akan lebih baik jika dari pihak pengelola Emonev terlebih dahulu memberikan informasi terkait pengisian Emonev kepada mahasiswa, khususnya tentang periode pengisian emonev serta waktu dan kewajiban serta hak apa yang diperoleh oleh mahasiswa UNY sehingga diwajibkan mengisi Emonev.
Berangkat dari penjelasan di atas, banyak mahasiswa yang mengeluhkan dan menyayangkan pihak kampus yang tidak mengadakan sosialisasi terkait pengisian Emonev. Banyak mahasiswa yang merasa kurang mendapat informasi terkait tata cara pengisian Emonev dan tujuan dari adanya evaluasi tersebut. Padahal, mahasiswa sangat membutuhkan sosialisasi tersebut sehingga memiliki informasi yang pasti terkait Emonev. Selain itu, para mahasiswa juga akan memiliki keyakinan ketika mengisi Emonev. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan salah satu mahasiswa UNY yang kerap disapa Erni dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang saya jumpai pada hari Senin (16/01/23). Ia menuturkan bahwa, “Perlu untuk diadakan sosialisasi Emonev, khususnya untuk maba, karena hal itu akan mempermudah mahasiswa dalam mengisinya. Dan tentunya, apabila terjadi hal yang ingin ditanyakan lebih lanjut mengenai pengisian Emonev, mahasiswa akan tahu dengan jelas harus menghubungi siapa atau pihak mana.”
Sebagai hasil dari tidak adanya informasi yang jelas mengenai Emonev, banyak mahasiswa yang mengisi Emonev secara asal-asalan saja dan tidak mempertimbangkan kinerja dari dosen yang mengampu ketika masa perkuliahan. Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang memang karena tidak tahu atau memilih untuk tidak melakukan pengisian Emonev. Salah satunya adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Ia berpendapat bahwa pengisian Emonev merupakan salah satu kegiatan yang wagu. Hal ini dikarenakan tidak adanya kejelasan informasi terkait Emonev dari pihak universitas.
Padahal di sisi lain, jika memang data Emonev tersebut ditujukan untuk mengevaluasi dosen, secara tidak langsung, banyak mahasiswa yang tidak memberikan masukan kepada dosen mereka yang nantinya dapat dijadikan bahan perbaikan untuk semester berikutnya. Selain itu, ada juga mahasiswa yang enggan memberikan kritik dan saran kepada dosen pengampu mereka karena merasa takut apabila identitasnya diketahui oleh dosen tersebut. Mereka merasa takut jika dosen tersebut memiliki dendam atau hal lainnya. Hal itu membuat mereka merasa terancam jika pada semester mendatang ada mata kuliah yang diampu oleh dosen yang sama. Sekali lagi, hal di atas juga terkait dengan kurang jelasnya informasi terkait Emonev.
Pada akhirnya, fitur Emonev ini patut untuk dipertanyakan kembali maksud dan tujuan dari penggunaannya. Fitur Emonev ini seharusnya menjadi gagasan yang penting bagi pengelola Emonev. Lebih jauh, hal ini perlu ditindaklanjuti secepatnya, karena jika hal ini tidak segera ditindaklanjuti, maka akan makin banyak mahasiswa yang enggan mengisi Emonev hanya karena tidak adanya kejelasan mengenai Emonev. Perlu adanya perubahan bagi pengelola Emonev untuk memberikan sosialisasi mengenai Emonev agar penggunaannya dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Firdaus Anisa Utami
Editor : Mudita Wulandari